Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Translate

Bacaan Terpopuler

  • Mobil Nissan Grand Livina Matik Ngempos, Mungkin Ini Penyebab Dan Solusinya

  • Lakukan Settingan Ini Gambar TCL A10 dan Android TV UHD Merk Lain Menjadi Lebih Bagus

  • Cara Meningkatkan Kualitas Suara/Audio Pada Android TV UHD

  • Review Biaya Pemeliharaan Suzuki Swift

  • Pengetesan & Cara Menggunakan Antena TV Digital - DVB-T2 pada Android TV UHD

Wisata Banyuwangi : Sekali Nge-Gas Dapat Dua - Tiga Taman Nasional dan Beberapa Pantai Cantik


Wisata Favorit Di Banyuwangi

Mungkin gak banyak yang tahu bahwa saat ini terdapat 53 Taman Nasional di seluruh Indonesia dimana 12 diantaranya terdapat di pulau Jawa. Ada fakta menarik di balik jumlah Taman Nasional ini. Bahwa bukan suatu kebetulan jika 3 diantara 12 Taman Nasional di pulau Jawa tadi ternyata berada di Kabupaten Banyuwangi yang terletak di ujung paling timur pulau Jawa.

Lokasi Taman Nasional di Kab Banyuwangi

Rasa-rasanya inilah satu-satunya kabupaten di Indonesia (please correct me if I’m wrong) yang dianugerahi oleh Sang Pencipta sebagai ‘tuan rumah’ bagi 3 Taman Nasional yakni Taman Nasional Baluran di sisi utara, Taman Nasional Alas Purwo di sisi tenggara dan Taman Nasional Meru Betiri di sisi barat daya. Walaupun secara geografis TN Baluran harus berbagi dengan kabupaten Situbondo dan TN Meru Betiri juga berbagi dengan kabupaten Jember. 


Itinerary

Saat tulisan ini dibuat, jalan tol trans Jawa yang telah beroperasi penuh baru sampai Probolinggo. Namun hal itu sudah cukup banyak memangkas waktu perjalanan bagi para pemburu keindahan alam yang memilih moda transportasi darat dengan kendaraan pribadi untuk menikmati ketiga Taman Nasional tersebut dalam satu trip liburan. Inilah yang saya lakukan saat liburan pada tanggal 20-26 Februari 2020 lalu.

Secara singkat itinerary yang saya susun kurang lebih seperti ini, siapa tahu bisa menjadi sumber inspirasi bagi rekan-rekan yang lain.

Savana Bekol Taman Nasional Baluran
  1. Kamis 20 Februari berangkat dari Cikarang jam 14.00 wib
  2. Jum’at 21 Februari :
    • 07.00 wib tiba di sekitar pintu masuk TN Baluran. Cari rumah makan yang menyediakan kamar mandi, sarapan lalu langsung ngubek-ubek TN Baluran
    • 11.30 wib keluar TN Baluran, cari mesjid untuk shalat Jumat disambung dengan wisata kuliner Banyuwangi
    • 15.00 wib checkin hotel, istirahat bobo chantique
    • 19.00 wib sambung wisata kuliner lagi
  3. Sabtu 22 Februari : gowes full day di trek Suko dan trek Erek-erek
  4. Minggu 23 Februari : gowes half day di trek Erek-erek lagi. Sore dan malam wisata kuliner
  5. Senin 24 Februari :
    • 08.00 checkout hotel menuju TN Alas Purwo
    • 10.00 – 13.00 Ngubek-ubek TN Alas Purwo
    • 13.00 wib keluar TN Alas Purwo menuju pantai Pulau Merah
    • 15.00 cari penginapan lalu lanjut ke pantai Pulau Merah berburu sunset
  6. Selasa 25 Februari :
    • 07.00 menuju pantai Wedi Ireng
    • 11.00 menuju TN Meru Betiri
    • 17.00 kembali ke Cikarang

Taman Nasional Baluran

Pertama kali saya mencoba jalan tol Trans Jawa adalah saat trip gowes ke gunung Arjuno pertengahan tahun 2019 lalu. Tapi saat itu saya cuma duduk manis karena gak ikut nyupir hihihi. Jadi baru kali inilah saya merasakan sendiri sensasi nyupir di jalan tol sepanjang 800-an km yang lumayan berhasil membuat saya merasa bosan.

Tiket Rp 16.000,- per orang dan tiket untuk mobil Rp. 10.000,-

Berdasarkan google map, jarak dari rumah saya di Cikarang sampai dengan Taman Nasional Baluran adalah ‘cuma’ 998 km dengan perkiraan waktu tempuh 14 jam non stop. Pintu masuk Taman Nasional ini terbilang strategis yakni di pinggir jalur utama jalan nasional Situbondo – Banyuwangi atau sekitar 50 km sebelum pusat kota Banyuwangi. Itulah sebabnya spot ini saya jadikan tujuan pertama trip ini.

Hitung punya hitung setelah ditambah waktu istirahat sepanjang perjalanan maka saya memutuskan berangkat dari rumah jam 14.00 dan dapat tiba di dekat pintu masuk Taman Nasional sekitar pukul 07.30 sehingga saya masih punya cukup waktu untuk mandi dan sarapan di rumah makan di pinggir jalan raya yang ada di sisi timur tidak jauh sesudah pintu masuk Taman Nasional (di luar area Taman Nasional).

Harga tiket masuk masih relatif terjangkau, untuk orang sebesar Rp 16.000,- (termasuk premi asuransi Rp 1.000,-) dan tiket untuk kendaraan roda 4 sebesar Rp. 10.000,- Dengan harga tersebut terdapat 10 spot yang dapat dinikmati oleh para pengunjung.

  1. Goa Jepang
  2. Sumur tua
  3. Evergreen Forest
  4. Savana Bekol
  5. Pantai Bama Mata Air Manting
  6. Pantai Batu Hitam
  7. Pantai Bilik Sijile
  8. Pantai Parengan
  9. Candibang
  10. Dam Bajulmati

Dengan pertimbangan waktu dan kemudahan akses saya memutuskan hanya akan mengunjungi 3 spot saja yakni Evergreen Forest, Savana Bekol dan Pantai Bama karena memang ketiga spot tadi letaknya tersambung oleh jalan aspal mulus.


Evergreen Forest

Spot Evergreen Forest yang dimaksud disini sebenarnya adalah area hutan yang memang selalu terlihat hijau lebat walaupun saat sedang musim kemarau ataupun saat musim hujan seperti sekarang ini, tidak seperti area lain di Taman Nasional Baluran ini. 

Untuk menuju Savana Bekol maka otomatis kita akan melewati spot Evergreen Forest ini karena memang jalan aspal mulus membelah area Evergreen Forest. Silahkan nikmati damainya suasana hutan dengan berkendara secara santai dengan mematuhi kecepatan maksimal 40 km/jam.

Banyak binatang melintas di sepanjang Evergreen Forest, jaga kecepatan kendaraan sesuai rambu petunjuk


Savana Bekol

Tidak lama setelah keluar dari area Evergreen Forest sampailah kita di area yang lebih terbuka tanpa ada lagi pepohonan lebat yang memayungi jalan aspal. Di sisi kanan jalan terdapat sebuah padang rumput yang luas dengan hanya beberapa pohon lumayan besar tumbuh di tengahnya. Karena kunjungan saya kemarin saat musim hujan maka padang rumput ini terlihat hijau segar. Cukup menghibur dikala sinar mentari pagi itu yang sudah cukup menyengat.

Jalan aspal berbelok ke kanan dan di pojok sana terdapat fasilitas kantin tempat kita bisa bersantai sejenak sambil menikmati segarnya air kelapa muda. Di seberang kantin ini area masih berupa padang rumput, inilah area Savana Bekol. Di titik ini keindahan padang rumput lebih dapat dinikmati karena dengan bonus background gunung Baluran. Luas Savana Bekol kurang lebih 300 hektar menjadikannya salah satu padang rumput terluas di pulau Jawa.


Pantai Bama Yang Cantik

Setelah puas pepotoan di Savana Bekol saya melanjutkan perjalanan menuju pantai Bama dengan terus mengikuti jalan aspal di sisi Savana Bekol ini. Masuk area parkiran pantai kita akan dikenakan restribusi uang parkir sebesar Rp. 5.000,- Harap mulai berhati-hati disini karena monyet sedikit lebih agresif manakala melihat pengunjung yang sedang memegang makanan. 

Garis pantai Bama tidaklah terlalu panjang, namun dengan pasir halus sepanjang pantai dan kondisi pantainya yang bersih membuat betah berlama-lama bermain disini. Apalagi fasilitas disini cukup lengkap seperti mushala, warung, jalur khusus untuk menikmati hutan bakau, ayunan bahkan cottage yang dapat disewa.

Pantai Bama Taman Nasional Baluran
Pantai Bama Taman Nasional Baluran
Pantai Bama Taman Nasional Baluran
Pantai Bama Taman Nasional Baluran

Dari brosur yang saya dapatkan dari pihak pengelola Taman Nasional terlihat dari pantai Bama ini terdapat jalur yang dapat dilalui dengan tracking menyusuri pantai menuju pantai Batu Hitam dan pantai Bilik Sijile. Namun karena keterbatasan waktu karena waktu menjelang shalat Jum’at maka saya urung untuk melihat kedua pantai tersebut.


Taman Nasional Alas Purwo

Karena hari kedua dan ketiga di Banyuwangi saya khususkan untuk melakoni hobby sepeda gunung maka pada artikel ini saya akan langsung loncat ke hari ke-empat road-trip dengan tujuan Taman Nasional Alas Purwo. 

Mendengar kata ‘alas puwo’ kayanya gimanaaaa gitu, mirip-mirp saat pertama kali mendengar dan menjejakkan kaki di area alas Lalijiwo gunung Arjono, terdengar sangat bernuansa mistis.

Tiket Rp 17.500,- per orang dan tiket untuk mobil Rp. 10.000,-

Terjemahan bebas dari ‘alas puro’ adalah hutan tertua/pertama. Mungkin salah satu yang membuat daerah ini makin bernuansa mistis karena memang pada hari-hari tertentu pada bulan Suro (tahun baru penanggalan Jawa) banyak dikunjungi peziarah yang melakukan semedi di beberapa goa yang memang terdapat di sekitar taman nasional ini.

Dari pusat kota Banyuwangi jarak menuju Taman Nasional ini kurang lebih 61 km yang dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat selama kurang dari 2 jam. Seluruh akses jalan yang saya lewati berupa aspal muluuuus terkecuali kurang lebih 1 km menjelang pintu masuk Taman Nasional dimana jalan masih berupa paving-block.

Saat ngobrol dengan petugas di loket pembelian karcis masuk, diinformasikan bahwa terlepas dari kesan mistis (yang mungkin terasa), yang pasti Taman Nasional ini dibuka setiap hari non stop 24 jam dan akses jalan di dalam taman nasional saat ini sudah nyaris muluuuuus semua.

Untuk memudahkan navigasi saya memilih pantai Pancur di google map sebagai titik tujuan karena untuk sampai disini pasti akan melewati pintu gerbang Taman Nasional Alas Purwo desa Tegaldimo yang akan dilanjutkan dengan menikmati sensasi berkendara membelah hutan tropis yang lebat, jauh lebih lebat dari area Evergreen Forest-nya Taman Nasional Baluran.

Di loket pintu masuk kita harus membeli 3 jenis karcis. Tapi jangan khawatir semua jenis karcis tersebut relatif sangat murah dan merupakan pungutan resmi pihak pengelola Taman Nasional. Pertama karcis dengan label ‘Karcis Masuk Pengunjung Taman Nasional Alas Purwo’ seharga hanya Rp. 5000,- Berikutnya karcis dengan label ‘Karcis Masuk Pengunjung Umun (Pengamatan Hidupan Liar) Taman Nasional Alas Purwo’ seharga Rp. 10.000,- dan yang terahir karcis masuk untuk kendaraan roda empat sebesar Rp. 10.000,-

Update 25 May 2021 : harga tiket masuk naik dari 5.000 menjadi 7.500


Savana Sadengan

Banyak tempat-tempat menarik yang dapat dikunjungi saat kita berada di dalam Taman Nasional Alas Purwo yang sangat luas ini. Sedikitnya ada 9 pantai, hutan mangrove serta savana. Untuk pecinta wisata religi dan budaya disini juga terdapat pura dan beberapa goa.

Saya memilih savana Sadengan sebagai spot perhentian pertama. Jalan masuk menuju savana ini berada di pertigaan pertama sesudah gerbang pos penjualan tiket. Akses jalan menuju Savana Sadengan inilah satu-satunya yang tidak beraspal halus namun masih cukup aman dan nyaman untuk dilalui kendaraan. Gak usah takut nyasar karena petunjuk arah semua spot menarik di taman nasional ini terpasang dengan jelas di sepanjang jalan.

Lokasi parkir kendaraan lumayan nyaman dan di sampingnya terdapat warung yang disediakan oleh pihak pengelola Taman Nasional. Dari sini kita tinggal berjalan kaki menuju savana. Sedikit berbeda dengan savana di Taman Nasional Baluran, disini telah dipasang pagar lumayan tinggi sebagai batas bagi wisatawan saat melihat-lihat binatang di tengah savana. Untuk mendapatkan sudut pandang yang lebih jauh, pihak pengelola juga sudah menyediakan menara pandang 3 lantai.

Dari literatur yang saya baca di sekitar menara pandang, area Savana Sadengan ini salah satu dari beberapa area yang memang dibuat sebagai semacam feeding zone bagi satwa liar penghuni hutan belantara Taman Nasional Alas Purwo. Sayangnya para satwa liar tersebut datang ke Sadengan tidak sembarang waktu. Biasanya hanya di pagi hari sebelum pukul 09.00 dan di sore hari sehabis asar sampai menjelang matahari tenggelam. Itulah sebabnya saat saya tiba disana waktu telah menunjukkan hampir pukul 11 siang sehingga saya hanya mendapati seekor banteng yang sedang santuy tiduran dibawah pohon.


Pantai Pancur

Setelah puas menikmati Savana Sadengan, perjalanan saya lanjutkan menuju pantai Pancur. Pantai ini letaknya tidak jauh dari pusat fasilitas Taman Nasional Alas Purwo. Fasilitas yang terdapat disini cukup lengkap, ada mushala, kantin, toilet/kamar mandi, camping ground, area parkir dan pos pengelola Taman Nasional.

Dilarang berenang di pantai Pancur, ombaknya besar

Di lokasi parkir ini pulalah kendaraan pribadi terahir kali dapat kita kendarai bila pengunjung hendak menuju pantai Plengkung (G-Land) karena semua pengunjung diwajibkan menggunakan (ongkos sewa terpisah) mobil yang telah disediakan oleh pihak pengelola.

Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo
Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo
Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo

Pantai Pancur langsung berhadapan dengan laut lepas samudera Hindia dengan ombaknya yang besar, sehingga ada larangan keras untuk berenang di pantai ini. Saat saya tiba disana tidak ada seorangpun pengunjung lain dan yang terlihat justru banyaknya sampah yang terbawa oleh ombak dan berserakan di pinggir pantai.

Menurut saya pribadi Pantai Pancur sejatinya adalah sebuah pantai yang indah. Hamparan pasir putih dan gelombang yang datang silih berganti membuat suasana hati menjadi relax. Namun yaaa itu tadi, adanya sampah membuat pantai ini menjadi kurang nyaman untuk dinikmati berlama-lama.


Pantai Triangulasi (aka Pantai Tanggul Sari)

Setelah puas menikmati deburan ombak di Pantai Pancur saya mengarahkan mobil kembali menuju pintu gerbang Taman Nasional Alas Purwo namun sebelumnya akan mampir sejenak di Pantai Triangulasi. Lokasi pantai ini tidak jauh dari pertigaan yang sama saat menuju Savana Sadengan.

Kalau kita lihat peta, pada dasarnya garis Pantai Triangulasi bersebelahan dengan pantai Pancur dan juga Pantai Plengkung sehingga tidak heran ombak disini juga tergolong cukup besar. Hamparan pasir putih di Pantai Triangulasi terlihat lebih luas ketimbang Pantai Pancur. Dalam hal keresikan pantai, terlihat banyak juga sampah berserakan di bibir Pantai Triangulasi walaupun tidak sebanyak yang ada di Pantai Pancur.

Pantai Trianggulasi Taman Nasional Alas Purwo

Sampai disini perjalanan road-trip di wilayah Banyuwangi telah berhasil mencapai target mengunjungi 2 buah taman nasional. Sebelum mengunjungi taman nasional yang ketiga yakni Taman Nasional Meru Betiri saya akan mampir dulu ke sebuah pantai lain yang lebih terkenal dan ramai, yakni Pantai Pulau Merah.


Pantai Pulau Merah

Pantai Pulau Merah nyaris memiliki semua kriteria inti yang menjadi syarat sebuah pantai dapat dikategorikan sebagai sebuah pantai yang indah. Sebut saja mulai dari bibir pantai yang landai, butiran pasir yang halus, tidak banyak sampah berserakan di bibir pantai serta lokasinya dapat untuk menikmati sunset, semuanya melekat ada pada Pantai Pulau Merah.

Garis pantainya yang panjang juga membuat pantai ini sangat cocok sebagai spot untuk foto grup dengan jumlah peserta yang banyak semisal acara family gathering ataupun acara tahunan sekolah.

Tiket masuk area pantai pulau merah Rp 8.000,- per orang. Tiket untuk mobil 5.000,-

Namun rasa-rasanya kurang fair kalau disini saya gak mengutarakan kekurangannya. Saat saya mengunjungi pantai ini, hampir sekitar 2 km menjelang pintu masuk jalan berubah menjadi tidak nyaman. Jalan sudah tidak lagi berupa aspal rata, bahkan di beberapa tempat permukaan jalan sudah berupa tanah dengan banyak cerukan di tengahnya. Untuk rekan-rekan yang mengendarai mobil berjenis sedan sepertinya harus extra berhati-hati saat melewati area tersebut.

Akses jalan ke pantai pulo merah

Dengan harga tiket sebesar hanya Rp 8.000,- rasa-rasanya fasilitas yang disediakan di area Pantai Pulau Merah terbilang lengkap mulai dari rumah makan yang banyak berjejer, toilet, mushala, parkiran yang luas, dipan lipat (sewa terpisah) dan penjual es kelapa di pantai. Bahkan menjelang pintu masuk area pantai banyak saya temui guest house yang siap disewakan bagi pelancong yang hendak menginap.

Sebuah bukit imut diseberang pantai seolah sedang mengamati para pengunjung yang sedang bersantai di pantai. Menurut saya bukit ini pulalah yang membuat Pantai Pulau Merah menjadi terlihat lebih eksotis.

Karena waktu sunset masih lama dan perut sudah mulai keroncongan karena baru sempat nyemil semangkuk bakso saat di kantin Pantai Pancur maka saya memutuskan untuk keluar dulu dari area Pantai Pulau Merah untuk makan siang ikan bakar sekaligus survey akses menuju pantai lain yang tidak kalah eksotisnya yakni Pantai Wedi Ireng.


Pantai Mustika Yang Indah

Perjalanan menuju dari Pantai Pulau Merah menuju Pantai Wedi Ireng kurang lebih 3 km ke arah barat menuju pelabuhan nelayan/tempat pelelangan ikan desa Pancer dengan melalui jalan lumayan lebar namun tidak beraspal. Di beberapa bagian jalan ditutup setengah badan karena sedang dilakukan pengecoran jalan. Nah ceritanya kemarin itu ada satu bagian jalan yang ditutup semuanya sehingga mobil diarahkan melalui jalan alternatif berbelok ke kiri ke arah pantai lalu berbelok ke kanan mengikuti jalan tanah sejajar dengan pantai.

Ketika melihat ada sebuah rumah sekaligus warung milik penduduk setempat yang menyediakan menu ikan bakar maka saya memutuskan menepikan mobil untuk makan siang (yang tertunda) disitu. Ternyata oh ternyata … di depan tempat saya memarkirkan mobil saya melihat hamparan pantai yang nyaris tanpa sampah dengan pasir yang halus. Ternyata inilah yang dimaksud dengan Pantai Mustika.

Pantai Mustika Banyuwangi

Mungkin pendapat saya akan menyelisihi pendapat orang banyak, tapi jujur ajah menurut saya dari semua aspek Pantai Mustika ini jauh lebih bagus ketimbang Pantai Pulau Merah.

Sambil menunggu paket menu ikan bakar disiapkan iseng-iseng saya menuju tempat pelelangan ikan Pancer untuk mencari info akses menuju Pantai Wedi Ireng. Menurut seorang warga setempat yang saya temui di sebuah warung untuk menuju ke Pantai Wedi Ireng pengunjung harus menyeberangi muara lalu hiking sedikit menyeberangi bukit karena memang lokasi Pantai Wedi Ireng agak terisolasi berada disisi barat bukit yang ada di samping tmpat pelelangan ikan.

Akses yang lebih simple adalah menyewa ojeg perahu milik nelayan setempat dengan biaya sebesar Rp 25.000,- untuk sekali antar. Beliau juga menyarankan jika menggunakan perahu agar memilih waktu di pagi hari karena ombak masih bersahabat.

Sayang sungguh sayang, karena sesuatu hal rencana awal untuk melihat sunset di Pantai Pulau Merah dan mengunjungi Pantai Wedi Ireng esok pagi terpaksa saya urungkan karena saya harus kembali ke Cikarang setelah makan ikan bakar sore itu juga.

Saya mempercayakan sepenuhnya google map untuk memilihkan jalur yang saya tempuh untuk rute balik ke Cikarang yakni melalui kota Jember kemudian melalui jalan nasional menuju Probolinggo untuk selanjutnya kembali masuk ke jalan tol Trans Jawa.


Road-Trip Dalam Angka

Total jarak road-trip Cikarang – Banyuwangi – Cikarang kali ini tercatat 2341 km dimana sekitar 1600-an km saya lalui melewati jalan tol Trans Jawa yang terasa cukup membosankan karena saya memang sudah komit (dalam hati) untuk menahan hawa nafsu gak akan ngebejek pedal gas melewati batas kecepatan maksimum 100 km/jam selama melewati jalan tol tersebut.

Total bahan bakar yang dikonsumsi oleh Grand Livina 1.8 matic sebanyak 196 liter (fc rata-rata 1:12) atau kurang lebih setara dengan Rp. 1.500.000,- Total biaya untuk menyicipi aspal tol Trans Jawa sebesar Rp. 1.484.000,- So total biaya untuk transportasi doang untuk trip ini nyaris 3 juta !!!!

Sekedar info saat ini makin banyak penerbangan dari bandara Soetta Cengkarang menuju bandara Blimbingsari Banyuwangi, dan saat iseng-iseng check berapa harga tiket pesawat menuju Banyuwangi, ternyata ada penerbangan yang tiket PP-nya ‘hanya’ 1 jutaan. Kemudian saya cek harga sewa mobil+bensin+supir full day di Banyuwangi, ternyata untuk jenis Avan**/Xen** sekitar Rp. 550.000,- per hari. So biaya sewa mobil untuk pemakaian 3 hari + tiket pesawat PP + Ongkos bis dari Cikarang ke Bandara PP sebesar ‘hanya’ sekitar 2.8 juta saja !!!! tanpa perlu capek nyupir pulang-pergi selama 45-an jam !!!!


Penutup

So dengan hitungan sederhanya jika kita akan wisata ke Banyuwangi seorang diri ataupun berdua, rasa-rasanya opsi menggunakan moda campuran transportasi udara+darat patut dipertimbangkan, Apalagi jika waktu yang tersedia untuk trip tersebut sangat terbatas. Tapi memang terkadang justru sensasi berkendara jarak jauh itulah yang dicari oleh para road-trip addict.

Cheers,
Mantel

Topik Yang Sama

Posting Komentar