Liburan Wisata Hemat Jepang Selama 15 Hari
Walapun di internet sudah banyak berserakan informasi mengenai wisata ke Jepang namun sepulangnya dari sana tangan ini gatal rasanya kalau gak sharing mengenai serunya liburan hemat selama 15 hari pada musim panas di Jepang untuk wisatawan muslim dengan budget/anggaran terbatas. Semoga dapat menambah informasi bagi man-teman yang berencana liburan ke Jepang dalam waktu dekat.
Setelah cukup lama menabung dan menunggu adanya tiket penerbangan promo syukur alhamdulillah ahirnya pada tanggal 24 Juni – 9 Juli tahuin lalu saya dan istri ahirnya dapat mengunjungi Jepang untuk dapat melihat dengan mata kepala sendiri dari apa yang selama ini saya baca dan dengar tentang wisata Jepang pada khususnya dan negara Jepang pada umumnya.
Sebagai catatan tambahan, artikel ini nantinya akan memberikan fokus lebih pada rekan muslim yang hendak berwisata ke Jepang. Sedangkan segala urusan persiapan pembuatan passport dan permohonan visa diasumsikan sudah men-teman lakukan sebelumnya.
- Sekilas Tentang Wisata Jepang
- 1.1. Transportasi dan Alat Bantu Navigasi
- 1.2. Butuh Fisik Yang Prima
- 1.3. Stasiun Kereta di Jepang
- 1.4. Tersesat di Stasiun Itu Hal Lumrah
- Jenis Wisata di Jepang
- Menyusun Itinerary Wisata Favorit Jepang
- Akomodasi
- Makanan Halal dan Tempat Shalat
- Biaya Liburan Jepang
- Penutup
1. Sekilas Wisata di Jepang
Jepang sebagai sebuah negara modern yang memproduksi berbagai macam jenis barang bertehnologi tinggi, sebuah negara dengan industri otomotif yang masif, sebuah negara yang juga maju dalam banyak hal lain seperti misalnya industri game dan animasi.
Rasanya tidak pula ada yang akan menyangkal bahwa Jepang sebagai negara yang terkenal akan keteraturan dalam berbagai hal serta sebagai sebuah negara yang diwarisi oleh generasi sebelumnya dengan banyak bangunan bersejarah nan indah. Dan negara Jepang pada ahirnya telah berhasil mengelola kesemuanya itu sehingga menjadikan Jepang sebagai sebuah destinasi wisata impian dari banyak orang.
1.1. Transportasi dan Alat Bantu Navigasi
Sebagian besar warga Jepang menggunakan moda transportasi kereta dan semua turunannya seperti kereta bawah tanah/subway, monorel, kereta cepat dsb sebagai alat transportasi utama. Begitupun juga kita saat berwisata di Jepang.
Saat berada di Jepang alat bantu navigasi utama untuk mencari lokasi wisata saya menggunakan hyperdia.com dan Google Map. Situs hyperdia.com pada dasarnya adalah penyedia informasi lengkap dan akurat sekitar kereta di Jepang. Mulai dari jadwal keberangkatan, waktu tempuh dan juga harga tiket.
Cara menggunakannya juga sangat mudah, cukup masukkan nama stasiun keberangkatan dan stasiun tujuan. Oleh karenanya selama di jepang kita wajib tahu nama stasiun kereta api terdekat dengan lokasi wisata yang hendak kita kunjungi. Data lain yang juga dapat dimasukkan saat menggunakan situs ini adalah tanggal dan jam keberangkatan. Jika kita tidak rubah maka system akan menyajikan hasil pencarian jadwal kereta terdekat dengan jam itu juga.
Seperti yang sudah sempat saya sampaikan pada paragraf di atas, hal lain yang juga perlu diperhatikan terkait nama stasiun kereta di Jepang adalah seringkali terdapat beberapa nama stasiun yang sama. Hal yang membedakan adalah masing-masing stasiun itu dimiliki oleh perusahaan kereta yang berbeda dan secara fisik lokasi stasiunnya juga berbeda walaupun masih di area yang sama.
Sebagai contoh kita dari Shinjuku hendak menuju Harajuku. Maka kita cari informasi terlebih dahulu destinasi wisata Harajuku itu dekat dengan stasiun kereta apa (dalam hal ini ternyata nama stasiunnya adalah Harajuku juga). Setelah dapat infonya maka masukkan nama stasiun Harajuku pada bagian stasiun tujuan. Perhatikan beberapa screenshot berikut ini.
Saat berkunjung di Kyoto jelas saya lebih suka menggunakan Google Map karena output pencarian selain menampilkan opsi moda kereta, google map juga akan menampilkan opsi moda transportasi bis kota. Sedangkan saat di kota lain saya lebih suka menggunakan hyperdia.com atau kombinasi dari keduanya.
Eitherway selama liburan di Jepang akses internet menjadi hal yang wajib kita miliki. Baik itu melalui pocket wifi yang bisa kita sewa ataupun koneksi wifi gratis yang banyak disediakan pada stasiun-stasiun ataupun supermarket. Tapi yang pasti 2x saya pernah merasakan hidup tanpa pocket wifi saat Jepang yakni pada hari saya pindah kota dari satu lokasi tempat menginap ke tempat menginap lain dan juga saat batere wifi pocket habis gak lama setelah keluar dari tempat menginap karena malamnya ternyata lupa di charge haahahaha. Yang pasti rasanya tuh hidup di Jepang akan sangat menyusahkan hidup tanpa sambungan internet.
1.2. Butuh Fisik Yang Prima
Liburan ke Jepang bagi saya adalah sebuah liburan fisik. Mengapa demikian? Dengan asumsi bahwa kita liburan ke Jepang tanpa menggunakan agen tour travel, maka moda transportasi utama di kota-kota tujuan wisata di Jepang adalah kereta api (dan semua turunannya seperti kereta bawah tanah/subway, monorel, kereta cepat dsb) serta bis umum.
Walapun telah didesign dan terintegrasi dengan bangunan di sekitarnya dengan baik namun hampir semua stasiun mempunyai jalur untuk kereta bawah tanah. Sehingga dengan demikian tetap dibutuhkan fisik yang prima untuk berjalan naik turun tangga saat masuk ataupun keluar dari sebuah stasiun ataupun saat transfer menuju jalur kereta lain. Terkadang malah ada stasiun dimana lokasi rel kereta berada pada 2 tingkat di bawah tanah.
Memang telah disediakan eskalator dan lift tapi fasilitas tersebut biasanya diprioritaskan untuk para manula, penyandang disabilitas, ibu hamil dan semisalnya. Dalam kondisi tertentu seperti saat membawa carrier ataupun koper yang berat saya biasanya memilih untuk menggunakan fasilitas tadi.
Trust me… beraaat bo nenteng-nenteng koper menaiki dan menuruni puluhan anak tangga. Faktor lain yang membuat wisata di Jepang menuntut fisik yang prima adalah jarak antara stasiun terdekat dengan suatu spot wisata serta luasnya area suatu spot tujuan wisata yang terkadang membutuhkan waktu lebih dari 2 jam hanya untuk sekedar mengitarinya.
1.3.Stasiun Kereta di Jepang
Kalau saya perhatikan ada 3 jenis stasiun dilihat dari fungsi dan ukurannya.
- Stasiun Super Besar :
Biasanya stasiun jenis ini mempunyai atau digunakan oleh banyak perusahaan kereta api ada di dalamnya. Sebagai contoh stasiun Shinjuku digunakan oleh perusahaan kereta antara lain Japan Railway/JR, Odakyu dan Keio. Contoh lain stasiun Osaka digunakan oleh perusahaan kereta antara lain Hankyu, Nankai, Kintetsu dan Hanshin.
Naaaah lebih serunya adalah masing-masing perusahaan kereta tadi mempunyai lebih dari satu jalur tujuan kereta. Malah terkadang masing-masing perusahaan kereta tersebut secara fisik sebenarnya mempunyai stasiun sendiri namun stasiun-stasiun tadi dihubungkan dengan lorong bawah tanah (jangan bayangkan ‘lorong’ ini sebuah lorong yang gelap, sempit dan pengap ataupun tunnel pendek yang menghubungkan gedung BEJ dengan Pacific Palace ya hihihihihihi) sehingga secara virtual membentuk sebuah stasiun yang sangat besar.
Stasiun Sedang : Stasiun ukuran sedang yang digunakan oleh lebih dari satu perusahaan kereta tempat dimana kita bisa pindah tujuan dengan menggunakan perusahaan kereta ataupun jalur lain. Misalnya stasiun Nippori, stasiun Ueno dll. Stasiun ukurang ‘sedang’ disana bisa jadi bahkan berukuran lebih besar dari stasiun Gambir disini.
Stasiun Kecil : Stasiun lokal ukuran kecil biasanya ada di jauh luar kota dimana hanya ada 1 atau 2 jalur kereta lokal. Stasiun ini mirip-mirip berukuran seperi stasiun Tebet ataupun stasiun Dukuh Atas Sudirman lah kalau di Jakarta.
1.4. Tersesat di Stasiun Itu Hal Lumrah
Gak usah malu ataupun minder jika kita menghabiskan lumayan banyak waktu untuk banyak berhenti di stasiun besar manakala akan menaiki kereta yang akan membawa kita ke lokasi wisata. Bahkan warga lokal Jepang sendiri masih banyak kok yang terkadang terlihat bingung mencari jalur kereta saat di stasiun hehehehe.
Sebagai ilustrasi saya akan menggunakan contoh saat pertama kali tiba di stasiun Shinjuku dan hendak check in hotel di daerah Hatagaya. Dari informasi yang saya baca di website tentang akses menuju hotel dan saat mencocokannya dengan hasil penelusuran via google map dan hyperdia.com sepertinya sangat mudah namun saat di lapangan ternyata gak segampang yang saya duga.
Penting untuk diingat bahwa informasi utama yang kita butuhkan saat menuju suatu tempat adalah nama stasiun terdekat dengan lokasi yang hendak kita tuju. Untuk kasus saya, stasiun target adalah stasiun Hatagaya.
Masalah pertama adalah dari bandara Narita saya menggunakan kereta Narita Express milik dari perusahaan JR yang berhenti di stasiun Shinjuku milik JR. Sedangkan untuk menuju stasiun Hatagaya saya harus menaiki kereta perusahaan Keio jalur Keio New Line dengan jurusan Hashimito atau Sasazuka yang ada di stasiun Shinjuku milik Toei. Maka saya harus jalan dulu menuju stasiun Shinjuku Toei. Perkiraan waktu 6 menit itukan kalau lancar hehehe … aslinya sih saya menghabiskan waktu hampir 45 menit untuk bisa tiba di peron tunggu kereta Keio New Line di stasiun Shinjuku Toei.
Petunjuk arah yang menggunakan bahasa Inggris di semua stasiun sebenarnya sudah sangat memadai. Cara bodoh-bodohan yang saya gunakan saat ‘tersesat’ di stasiun Shinjuku adalah sebagai berikut :
- Ikuti terus petunjuk yang ada kata ‘Keio New Line’. Jika ada persimpangan (akan ada banyak persimpangan selama di stasiun Shinjuku) selalu cari petunjuk arah yang ditempel di tiang ataupun digantung seperti ini
- Setelah berhasil tiba di stasiun Keio/Teoi dan masuk dengan men-tap kartu IC (kartu Pasmo ataupun Suica; yakni sejenis kartu isi ulang model e-money yg bisa kita beli di vending mechine) dan tiba di tempat jalur Keio New Line
- Sekarang tinggal cari petunjuk arah menuju nomer track/peron kereta yang nantinya akan berhenti di stasiun Hatagaya.
Gambarannya gini kereta Keio New Line yang berhenti di stasiun Shinjuku Keio/Teoi itu kan menggunakan 2 track, ada yang akan menuju stasiun Hatagaya dan juga ada yang datang dari arah stasiun Hatagaya. Biasanya di sekitar tangga menuju track akan ada papan petunjuk arah dari masing-masing track. So jangan sampai salah pilih track yaaa. Naah untuk memastikannya sih biar aman tanya ke petugas ataupun orang disekitar.
Terkadang jika stasiun yang kita hendak tuju bukanlah sebuah stasiun besar dan juga bukan stasiun ahir perjalanan kereta maka biasanya petunjuk arah yang ada bertuliskan nama 1 stasiun sesudah stasiun keberangkatan dan atau nama stasiun besar sesudah stasiun keberangkatan. Untuk kasus saya bisa jadi petuntuk nomer track misalnya tertulis “Track 4 Hatsudai”.
Untuk memastikannya kalian bisa klik link ‘Train Timetable’ pada output hasil pencarian hyperdia.com tadi. Dari sini kita yakin bahwa kereta di track 4 ini ke arah stasiun Hatsudai dan akan berhenti pula di stasiun Hatagaya.
Seperti yang saya udah singgung bahwa sebuah stasiun di Jepang terintegrasi dengan bangunan di sekitarnya sehingga pemilihan pintu keluar juga berpotensi menimbulkan masalah karena harus berjalan lumayan jauh kembali memutar jika kita tidak pintu keluar yang benar. Sebagai contoh stasiun dengan ukuran tidak terlalu besar seperti stasiun Karasuma di Kyoto, akan kita temui banyak pintu keluar yang langsung (yang terkadang diberi nama dengan area sekitar atau diberi nama dengan nomer) dapat membawa kita lebih dekat ke suatu gedung/area. Harap selalu memperhatikan petunjuk arah seperti yang ada gambar berikut.
2. Jenis Wisata di Jepang
Terkait tempat wisata secara garis besar saya membagi wisata di Jepang ke dalam beberapa kelompok :
- wisata budaya/sejarah : misalnya mengunjungi istana, kastil
- wisata religi : misalnya mengunjungi tempat beribadah umat beragama lain
- wisata alam : misalnya mengunjungi, pantai gunung, taman
- wisata belanja : misalnya belanja barang elektronik, baju, sepatu dll
- wisata edukasi : misalnya mengunjungi musium, kebun binatang
- wisata wahana hiburan : misalnya mengunjungi Tokyo Disneyland, Universal Studio dan semisalnya
- wisata kuliner : misalnya menikmati makanan khas Jepang
Nah karena keberadaan kami sebagai seorang muslim dan dengan budget untuk liburan yang tidak terlalu besar maka dari sini kami ahirnya memutuskan untuk hanya melakukan aktifitas wisata budaya/sejarah, wisata alam dan sedikit wisata belanja (jika ada uang sisa hihihi).
Sedangkan untuk wisata religi, kami berusaha keras untuk tidak mengunjungi kuil tempat ibadah umat beragama lain. Beberapa kuil yang kami kunjungi hanya akan sekedar di area halaman ataupun taman depan untuk sekedar foto dokumentasi.
3. Menyusun Itinerary Wisata Favorit Jepang
Selama 15 hari di Jepang saya 3 kali berpindah tempat menginap yakni 2 tempat di Tokyo dan 1 tempat di Osaka. Oleh karenanya itinerary yang saya susun juga terbagi menjadi 3 kelompok besar. Semua tempat wisata yang saya kunjungi ada di jalur emas yang biasa dikunjungi oleh kebanyakan wisatawan. Lokasi wisata tersebut tersebar di beberapa kota antara lain Tokyo, Osaka, Kyoto, Yokohama, Kobe, Hakone, Kawaguchiko dan Fujimi.
Beberapa hal lain yang menjadi pertimbangan saat menyusun itinerary ini adalah :
- Pemilihan urutan lokasi wisata.
Jadi gini, saya usahakan agar setelah selesai berkunjung ke suatu lokasi wisata, maka lokasi wisata berikutnya haruslah searah tanpa harus memutar terlalu jauh.
Misalnya dalam 1 hari saya akan mengunjungi 3 lokasi wisata. Maka lokasi wisata C haruslah dapat dituju dengan mudah setelah saya selesai mengunjungi lokasi wisata B dan lokasi wisata B haruslah dapat dituju dengan mudah setelah saya selesai mengunjungi lokasi wisata A - Lokasi dimana nantinya saya akan shalat
- Restoran halal tempat nantinya saya akan makan
Sebagai contoh di bawah saya tuliskan itinerary sederhana liburan di Jepang selama 15 Hari untuk wisatawan Muslim dengan budget minimal.
- Check in otel di area Hatagaya
- Area Harajuku.
- Taman Yayogi
- Area Shibuya
- Taman Yagisaki
- Iyashi No Sato
- Taman Oishi/Oishi Koen
- Check out dan titip barang di hotel
- Area China town
- Taman Yamashita
- Area Motomachi Yamate
- Minato Mirai
- Area French Hill dan Minato-no-Mieru Oka Koen
- Nissan Gallery
- Ambil barang di hotel dan menuju Osaka naik bis malam
- Titip barang di counter milik Willer Bus
- Shalat Jumat di Mesjid Osaka
- Osaka Umeda
- Nakanoshima Park
- Osaka Castle
- Dotonbori
- Pusat perbelanjaan Shin Saibashi
- Istana Nijo
- Taman di sekitar Kuil Kinkakuji
- Jembatan Togetsubashi
- Halaman luar dan taman di Kuil Tenryuuji
- Hutan bambu (Takebayashi)
- Halaman luar kuil Kiyomizudera
- Halaman luar kuil Chion-in
- Halaman luar kuil Yasaka
- China Town
- Taman Sorakuen
- Mesjid Kobe
- Area belanja Sonnomiya
- Check out dari apartment, titip tas di locker stasiun Osaka
- Taman di area kuil Tofukuji
- Halaman depan kuil Fushimi Inari Taisha
- Kembali ke Osaka, ambil tas lalu naik bis dari terminal OCAT ke Tokyo
- Taman Shinjuku Gyoen
- Shalat Jumat di Mesjid Tokyo Camii
- Government Metropolitan Building Observatory
- Liat-liat Islam Yokocho Okubo
- Area Nakamise (toko oleh-oleh) di Asakusa
- Tokyo Skytree Tour dgn perahu
- Tokyo Cruise (Sumida River Line)
- Taman Hama Rikyu
- Akihabara
- Area stasiun Tokyo
- Area Ginza
- Area Odaiba
4. Akomodasi
Pemilihan lokasi tempat menginap akan memberikan dampak kenyamanan saat kita wisata di Jepang. Seperti yang sudah saya sempat singgung bahwa sebagiian besar wisatawan di Jepang menggunakan kendaraan umum baik itu kereta ataupun bis. Jika tempat tinggal kita tidak jauh dari stasiun kereta pastilah akan sangat menolong. Akan lebih menolong lagi jika lokasi tempat tinggal kita dekat dengan stasiun kereta besar seperti misalnya stasiun Shinjuku saat kita berada di Tokyo.
Namun masalahnya biaya sewa apartment ataupun hotel di sekitar Shinjuku akan sangat mahal. Oleh karenanya saya memilih lokasi tinggal di dekat stasiun yang jaraknya 1 atau 2 stasiun sebelum stasiun Shinjuku.
Sesuai itinerary yang telah saya susun maka saya memilih 3 lokasi menginap yang berbeda yakni 2x menginap di Tokyo dan 1x di Osaka. Karena sesuatu hal maka dengan terpaksa saya harus menyewa hotel saat masa tinggal pertama di kota Tokyo. Biaya sewa apartemen cenderung lebih murah ketimbang sewa kamar hotel kelas paling murah sekalipun. Belum lagi kalau menginap di hotel berarti kita masih harus mengeluarkan uang untuk menyewa pocket wifi yang biasanya disediakan gratis jika kita menyewa apartemen.
Berikut pertimbangan lain mengapa saya memilih lokasi menginap di area dekan dengan Shinjuku :
- Semua lokasi wisata dapat dengan mudah dicapai jika dimulai dari stasiun Shinjuku
- Terminal bis malam yang akan membawa kita ke Osaka dekat dengan Shinjuku
- Daytrip ke kota Yokohama dapat dijangkau dengan mudah melalui Shinjuku
5. Makanan Halal, Tempat Sholat dan Jenis Tempat Wisata
Pemerintah dan pengusaha bidang pariwisata di Jepang sudah tahu bahwa banyak turis yang berasal dari negara muslim yang tentunya akan membutuhkan makanan yang halal dan tempat untuk shalat oleh karenanya mereka sudah menyediakan restoran yang menyediakan menu halal dan juga ruangan tempat shalat di beberapa area. Namun jangan membayangkan jumlahnya akan sebanyak mushala yang akan sangat mudah kita temui pada hampir semua tempat di Indonesia.
Website mesjid-finder.com dan halalgourmet.jp dapat sedikit membantu memecahkan masalah saat mencari ruang untuk shalat dan mencari makanan halal saat kita sedang wisata di Jepang. Namun bagaimana jika kita sedang mengunjungi area yang lokasinya jauh dari restoran dengan sertifikat halal serta jauh dari keberadaan ruang untuk shalat?
So jalan keluarnya adalah saya membawa makanan dari Indonesia semisal rendang, abon, sambal goreng teri, saus sambel ukuran sachet, sambel uleg terasi ukuran sachet dan berbagai macam snack. Those are my life saver in Japan hehehehehe. Jadi saya tinggal beli nasi putih polos di mini market. Sebagai info tambahan di Jepang juga banyak dijual nasi putih dengan sisipan ikan atau daging kecil di tengahnya.
Saya pernah 3x salah beli nasi model seperti ini yang ahirnya gak jadi saya makan. Lho kok dibuang gitu? karena kita gak pernah tahu apakah bahan yang digunakan saat mengolah ikan atau daging kecil tersebut termasuk yang haram atau tidak untuk di konsumsi.
Lalu bagaimana cara membedakannya saat membeli di supermarket karena tulisan pada hampir semua bungkus nasi yang dijual menggunakan tulisan Jepang. Cara bodoh-bodohanannya adalah dengan melihat harganya. Nasi putih polos dengan ukuran seperti pada gambar diatas berharga sekitar 90-100 yen (sesudah pajak). Jadi jika ada nasi putih yang dijual dengan harga misalnya 130 yen bisa diyakini di dalamnya ada berisi sesuatu.
Terkait tempat untuk shalat, selain pernah mencoba shalat di beberapa mesjid dan mushala, beberapa kali saya pernah shalat di area terbuka. Kriteria pemilihan tempat terbuka adalah sebisa mungkin tempat tersebut tidak mengganggu lalu-lalang orang. Kami pernah mengelar sejadah untuk shalat di pojokan dekat pintu exit darurat sebuah mall dan juga pernah shalat di peron paling ujung di sebuah stasiun kecil.
Lalu bagaimana dengan wudhu? Semua toilet yang saya temui di Jepang hampir semuanya bersih dan selalu ada kran pada wastafel dimana kita bisa ‘numpang’ berwudhu (selain saat membasuh kaki) disini namun dengan catatan PASTIKAN cipratan air wudhu tidak membuat sekeliling wastafel menjadi becek/basah.
Oleh karenanya saya selalu membawa tissue untuk mengelap cipratan air tersebut. Kurang etis jika kita membersihkan kaki saat berwudhu di kran wastafel ini sehingga saya lebih memilih selalu membawa botol kosong bekas air mineral. Saat akan membasuh kaki maka saya mengisi botol tersebut di kran westafel lalu membasuh kakinya di atas lobang closet di dalam bilik toilet.
Pastikan kalian tidak membuat basah closet dan lantainya dengan cipratan air saat membasuh kaki. Biar bagaimanapun kita cuma tamu disana sehingga kita harus tetap selalu menjaga kebersihan dan keapikan toilet tersebut.
Terkait waktu shalat, waktu di Jepang terkhusus di Tokyo adalah 2 jam lebih cepat dibandingkan Jakarta. Waktu siang hari di bulan Juni 2018 ini terlihat lebih panjang. Hal tersebut bisa dilihat dari jadwal shalat berikut
6. Biaya Liburan Jepang
Jika man-teman bertanya berapa budget minimum untuk bisa jalan-jalan ke Jepang selama 15 hari seperti yang saya lakukan, maka pertama kita harus samakan dulu persepsi dan ekspektasi. Pertama bahwa gaya liburan yang kita lakukan bukan bergaya mewah, cenderung hanya sedikit diatas gaya backpacker.
Karena saya pergi berdua dengan istri maka pertama terpaksa harus cari tempat menginap dengan kamar mandi di dalam. Biaya penginapan inilah porsi pengeluaran kedua terbesar kami setelah transportasi selama di Jepang. Kedua bahwa saya gak wisata kuliner selama di Jepang, jadi biaya makan bisa sangat saya tekan. So silahkan disesuaikan dengan budget dan gaya hidup man-teman sekalian.
Penginapan : 10,875,500
Transportasi Pesawat : 7,245,400
Transportasi di Jepang : 11,476,400
Tiket Objek Wisata : 572,000
Makan di Resto : 994,500
Jajan Cemilan, Air Mineral : 552,500
Sewa Locker : 351,000
Sewa Pocket Wifi : 496,860
7. Penutup
Demikian sekilas beberapa informasi tentang kondisi infrastruktur pariwisata negara Jepang dan tips jalan-jalan di Jepang untuk wisatawan muslim dengan budget terbatas. Daripada uang gajian dihambur-hamburkan gak jelas, lebih baik ditabung untuk jalan-jalan. Gak harus ke Jepang juga sih jalan-jalannya.
Intinya, hidup jangan dihabiskan dengan hal monoton di dalam kantor. Seimbangkanlah dengan refreshing, lihat sisi lain dunia ini, sekalian recharge energi agar saat kembali ke kantor kita bisa makin semangat.
Pada artikel berikutnya Inshaa Allah saya akan bahas lebih detail destinasi wisata favorit yang ada pada itinerary yang telah kita buat tadi.
Cheers,
Mantel
Posting Komentar
Posting Komentar