Prolog :
Artikel ini sebelumnya pernah saya publis di blog milik saya yang lain jashujan.wordpress.com. Walaupun acara jalan-jalan di pulau Lombok ini saya lakukan sudah lumayan lama, jauh sebelum pandemi virus corona mampir di Indonesia, namun saya tetap yakin, seiring berjalannya waktu, hingga detik inipun keindahan alam pulau Lombok gak akan sirna.
Semoga banyak informasi yang masih valid dan bermanfaat sehingga dapat menjadi inspirasi untuk man-teman saat menyusun itinerary untuk liburan di pulau Lombok dan sekitarnya.
Pulau Lombok Bikin Kangen
Terahir kali kunjungan gue ke pulau lombok adalah pada sekitar bulan Mei 2013. Keasrian alam, irama deburan ombak dan ketenangan pantai Mawun serta asiknya bersepeda mengelilingi Gili Trawangan saat sunset dan sunrise masih begitu melekat di hati. Menjadikan semacam magnit yang menarik kuat serta terasa memanggil-manggil untuk kembali mengunjunginya saat musim liburan mendatang tiba.
Ahirnya waktu yang dinanti-nanti telah tiba .. libur telah tiba .. libur telah tiba .. hore !!! ... hore !!! .. hore !!! *sambil joget ala Tasya*. Saatnya kembali ke pulau Lombok, yesss !!!!
Hunting tiket pesawat murah, akomodasi dan transportasi selama di Lombok sudah kami -gue dan istri- lakukan beberapa waktu sebelumnya hasil dari memecahkan celengan ayam jago dan semar. Biar tambah seru maka setelah liburan di pulau Lombok gue juga berencana akan langsung mengunjungi (kembali) pulau Bali. Tidak lupa pula sebuah tas sepeda berisi sepeda MTB kesayangan gue juga ikut menyertai liburan kali ini.
Seperti saat liburan sebelumnya, kami lebih memilih skema menyewa mobil sebagai alat transportasi mengunjungi objek-objek wisata ketimbang mengikuti paket-paket wisata yang banyak ditawarkan biro perjalanan wisata di pulau Lombok ini. Masalah biaya dan fleksibilitas adalah pertimbangan utama mengapa kami lebih suka menggunakan skema ini.
Tips Hemat Liburan Di Pulau Lombok
Lokasi bandara udara yang terletak di daerah Praya yang lumayan jauh dari pusat kota Mataram (terlebih lagi area pantai Sanggigi sebagai sentra pariwisata pulau Lombok), maka dibutuhkan strategi khusus agar waktu liburan kita benar-benar efisien dan tidak banyak terbuang percuma.
Bukan perkara mudah untuk mendapatkan tempat penyewaan mobil dengan skema lepas kunci (tanpa supir), namun Alhamdulillah gue berhasil mendapatkan tipe mobil yang sesuai keinginan yakni sebuah Grand Livina 1,5 putih transmisi manual yang ganteng dan seksi dengan velg ring 17/205/40 pula. Mobil yang akan menemani gue menjelajah pulau Lombok ini untuk sementara gue kasih nick name Neng Vina hihihihihihi.
Agar lebih makin efisien maka gue meminta kepada tempat penyewaan mobil agar mobil pesanan gue sudah siap parkir di bandara saat hari kedatangan gue disana. Dengan skema seperti ini maka di hari pertama gue tidak perlu lagi mengeluarkan uang untuk ongkos taksi menuju hotel namun cukup langsung dihitung sebagai hari pertama gue menyewa mobil dan mobil bisa langsung gue gunakan untuk menjelajah area Lombok bagian utara yang memang secara jarak tidak begitu jauh dari Bandara Internasional Lombok ini.
Pantai Mawun Yang Asri
Pantai Mawun gue skedulkan menjadi tujuan pertama siang menjelang sore selepas dari Bandara. Dengan mengandalkan google map dan GPS Garmin Nuvi sebagai backup cadangan mulailah perjalanan menikmati jalan aspal pulau Lombok bagian utara.
Ini adalah kali pertama gue menggunakan Grand Livina 1.5 transmisi manual dan impresi awal gue terhadap mesin HR15DE edisi lawas yang terdapat di balik ruang mesin mobil ini lumayan bertenaga walaupun gue sedikit merasakan torsi pada putaran mesin rendah agak-agak kurang.
Di ahir-ahir rute menuju pantai Mawun banyak didominasi jalan aspal mulus di area perbukitan dengan kontur menanjak lumayan terjal. Beberapa kali gue terpaksa memindahkan perseneling ke gigi 1 dan karena masih belum terbiasa memainkan kombinasi pedal gas dan kopling di mobil ini maka sering terjadi ban depan spin akibat overpower :-)
Jalan aspal menuju pantai mawun memang bukan aspal kualitas nomer satu, begitupun lebar jalan juga tidak terlalu lebar. Namun tetap nyaman untuk dilalui dan dinikmati dari belakang kemudi.
Letihnya tubuh karena lumayan lama menunggu di bandara serta duduk di pesawat seakan sirna manakala kedua mata ini mulai dapat melihat di kejauhan sana teluk kecil dimana pantai Mawun berada.
Tidak seperti tahun lalu, saat kami tiba di pos masuk area parkir terlihat pantai Mawun di depan sana sudah mulai lumayan ramai oleh pengunjung. Namun suasana ramainya pantai Mawun jangan disamakan dengan suasana pantai Kuta Bali hehehehehe.
Hanya terlihat satu keluarga turis lokal dan beberapa pasang turis asing yang sedang asik berjemur diatas pasir pantai. Intinya pantai Mawun tetap sangat nyaman untuk dikunjungi dan dinikmati untuk bersantai-santai.
Perbedaan lain yang terasa oleh indra penglihatan gue adalah suasana background dua buah perbukitan di seberang pantai yang seolah menjadi pagar pantai ini. Kalau dulu pada bulan Mei tahun lalu warna bukit terlihat hijau maka kali ini perbukitan tersebut terlihat gersang minim pepohonan. Menurut informasi memang sudah cukup lama hujan tidak turun di daerah ini.
Setelah puas melepas rasa kangen pada keasrian pantai ini, dengan sedikit bergegas kami meninggalkan pantai Mawun untuk menuju destinasi berikutnya yakni panti Aan. Kami hanya punya waktu kurang lebih 45 menit jika ingin menyaksikan detik-detik sunset di pantai tersebut.
Kondisi jalan menuju Tanjung Aan lokasi tempat pantai Aan berada sangat bertolak belakang dengan kondisi jalan menuju pantai Mawun. Hancurnya akses jalan memberi kontribusi utama penyebab kami tiba di pantai Aan manakala mentari sudah mulai hilang sinarnya.
Sebagai catatan ternyata mengunjungi pulau Lombok pada umumnya dan pantai Aan pada khususnya di bulan September bukanlah waktu yang tepat. Hampir sebagian area pantai Aan yang biasanya tertutupi dengan indah pasir-pasir halus khas Tanjung Aan kali ini nyaris tidak kami temui. Namun sebagi gantinya air laut yang sedang surut justru menyajikan pemandangan lumayan unik dimana bebatuan terlihat sangat mendominasi area pantai.
Paket wisata hari pertama kami lanjutkan menuju area Sanggigi tempat kami menginap. Dari Tanjung Aan kita akan kembali melalui jalan yang sama menuju arah bandara dan dilanjutkan dengan melalui jalan provinsi lumayan lebar menuju kota Mataram kurang lebih selama 1,5 jam untuk selanjutnya mobil kami arahkan menuju Sanggigi yang jaraknya hanya kurang dari 25 km saja dari kota Mataram.
Air Terjun Dan Sunset Cantik Di Pulau Lombok
Sesuai jadwal di hari kedua liburan di pulau Lombok akan kami habiskan di area Senaru untuk mengunjungi 2 air terjun yang berada di dalam hutan tropis kaki gunung Rinjani.
Pemandangan laut, pantai yang terlihat dari perbukitan di sepanjang jalan raya sepanjang Sanggigi menuju daerah Bayan benar-benar membuat kami berdecak kagum dan memuji kebesaran Ilahi atas ciptaannya yang sungguh indah ini.
Kondisi jalan aspal menuju Bayan relatif mulus, tidak terlalu ramai dan sangat meyenangkan untuk dilalui. Kota-kota yang kami lewati semisal Tanjung, Gondang ataupun Anyar juga tidak terlalu ramai sehingga menimbulkan sedikit masalah manakala gue berniat mampir mencari toko asesoris handphone karena memang nyaris tidak gue temui toko yang menjual charger baterai untuk dipasang di mobil. Alamat bisa mati gaya kalau sampai gadget kehabisan baterai hihihihi.
Agak deg-degan sekaligus penasaran juga saat mobil mulai memasuki daerah desa Senaru. Mobil gue jalankan dengan perlahan saat melewati pos polisi Senaru tidak jauh dari terminal bis.
Flashback sedikit, alkisah sekitar 15 tahun lalu gue dan adik dengan menumpang bis dari Jakarta tiba di terminal Cakranegara Lombok setelah menghabiskan waktu hampir 40 jam. Tujuan utama saat itu adalah mendaki gunung Rinjani melalui jalur pendakian Sembalun.
Setelah urusan mendaki gunung selesai, saat perjalanan pulang kami melalui jalur yang berbeda yang membawa kami tiba di basecamp Senaru. Karena hari sudah menjelang sore, angkutan pedesaan yang membawa kami dari sana terlambat tiba di terminal bis Senaru. Sementara kendaraan L300 terahir yang seharusnya kami naiki untuk menuju kembali ke Mataram sudah berangkat beberapa waktu yang lalu.
Alhasil kami harus menunggu bis berikut keesokan harinya. Maka malam itu terpaksa kami habiskan dengan menumpang menginap di pos Polisi Senaru yang baru saja gue lewati tadi plus ditonton warga sekitar hihihihihihi
Back to business ... tujuan wisata yang hendak kami kunjungi disini adalah air terjun Sindang Gile dan Tiu Kelep. Lokasi loket penjualan tiket masuk tidak terlalu jauh dari area parkir mobil. Namun kita harus berjalan kurang lebih 15 menit menyusuri puluhan anak tangga untuk sampai di lokasi air terjun Sindang Gile.
Curah air terjun Sindang Gile tidak terlalu besar namun air terjun ini lumayan tinggi dan terlihat seperti dua pasang air terjun kembar. Pasangan air terjun pertama jatuh pada sebuah bidang seperti 'bak penampungan' pada tebing yang ditutupi tumbuhan lumayan lebat. Kucuran air dari 'bak penampungan' lalu kembali jatuh melalui dua air terjun lainnya.
Mungkin setelah lelah berjalan menaiki puluhan anak tangga ditambah suasana yang teduh cenderung dingin di sekitar air terjun membuat banyak pengunjung beristirahat di bangku ataupun dangau yang memang disediakan di sekitar lokasi air terjun ini.
Untuk mencapai air terjun Tiu Kelep kita harus kembali tracking kurang lebih 30 menitan. Kali ini lebih dibutuhkan tenaga ekstra dan keberanian karena jalur yang dilalui sedikit ekstrim dengan melalui hutan tropis lereng kaki gunung Rinjani.
Kalau tidak salah hitung, kita harus menyebrangi sungai dangkal yang airnya sangat jernih sebanyak 2 kali. Tidak ada tanda arah petunjuk jalan yang gue temukan sepanjang jalur ini, jadi sat itu gue ngikuti arah yang dilewati rombongan lain.
Mungkin itulah sebabnya di loket penjualan tiket masuk tadi kita sempat ditawari jasa untuk menggunakan seorang guide yang akan mengantar ke lokasi air terjun Tiu Kelep ini.
Air terjun Tiu Kelep lebih besar dan lebih indah ketimbang air terjun Sindang Gile. Usaha yang cukup maksimal dan rasa lelah (bagi yang jarang berolah raga) saat tracking menuju lokasi air terjun seakan terbayar lunas manakala kita tiba di lokasi air terjun ini.
Mungkin itulah mengapa disini banyak pengunjung terutama turis asing wanita yang segera melepas pakaian dan langsung berendam di kolam tepat di bawah kucuran air terjun Tiu Kelep ini. Anggap saja view bagus tersebut sebagai bonus tambahan hehehehehe.
Untuk menyempurnakan rangkaian kegiatan sightseeing di hari ini, sepulang dari Senaru kami mencoba berburu sunset di area dekat pantai Nipah. Selain pantai Sanggigi dan bukit Malimbu, pantai Nipah menurut gue pribadi juga merupakan spot yang mantaf untuk menyaksikan prosesi terbenamnya matahari.
Sambil menunggu waktu matahari terbenam perut yang sudah mulai keroncongan kami isi dengan semangkuk bakso lumayan segar. Penjual bakso di sekitar pelataran parkir bukit Nipah ini tidak menggunakan gerobak layaknya yang kita temukan di Jakarta namun dengan menggunakan sepeda motor.
Kali ini memang gue sengaja akan mencoba menyaksikan sunset bukan dari area pantai namun dari sebuah bukit yang menjorok terjal ke arah laut tidak jauh diatas pantai Nipah.
Setelah menunggu hampir satu jam ahirnya tiba juga saat mentari mulai bergerak perlahan menuju peraduannya di ujung horizon sana. Senja saat itu kami nikmati dengan suasana langit yang tidak terlalu jernih namun juga tidak terlalu tertutup awan sehingga Sunset lumayan dapat kami nikmati sambil terus memuji betapa indah, indah dan sempurnanya ciptaan Allah ini.
Penutup
Sisa waktu kami di Pulau Lombok kami habiskan di gili Trawangan, berburu sunset (lagi) dan membeli oleh-oleh. Seluruh agenda, tempat wisata di pulau Lombok yang memang sudah gue rencanakan sebelumnya Alhamdulillah sudah kita kunjungi. Hari Selasa siang neng Vina gue arahkan menuju Bandara Internasional Lombok untuk sekaligus serah terima mobil kepada karyawan pemilik penyewaan mobil. Acara liburan akan kami lanjutkan ke pulau Bali yihaaaaaaaaaaaa.
Dari sisi efisiensi biaya dan waktu, jika peserta liburan berasal dari pulau Jawa dan berjumlah kurang dari 3 orang, menurut hitungan akan lebih mengguntungkan jika menggunakan moda pesawat terbang dibandingkan dengan membawa dan mengendarai mobil sendiri dari rumah.
Kemudian ketika sudah berada di pulau Lombok, dibandingkan dengan menggunakan mode transportasi taksi ataupun transportasi umum lainnya, rasa-rasanya lebih murah jika bisa mencari rental yang dapat menyewakan mobil dengan skema lepas kunci.
Cheers,
Mantel
Posting Komentar
Posting Komentar